MEMILIH ? HARUSKAH ?
Tak
ayal ketika kita geram dengan pilihan. Kenapa dia harus hadir? Kenapa harus
memilih? Kenapa harus dipilih? Kenapa aku harus memilih? Sudah pantaskah ini
menjadi pilihan? Pantaskah kumemilihnya? Dan PILIHANKAH INI? Kadang-kadang
sebagian jiwa tidak bisa menerima hal ini dengan serta merta. Dimana kamu punya
hal yang berbeda dari hanya sekedar menjawab pertanyaan “MANA YANG AKAN KAMU
PILIH/UTAMAKAN?”. Sesuatu yang sudah lumrah pada manusia adalah mereka memiliki
pilihan. Haq untuk memilih pasangan, haq untuk memilih calon pemimpin mereka,
haq untuk memilih keyakinan, haq untuk memilih tempat tinggal bahkan setiap
dari manusia itu memiliki haq untuk dipilih. Dari itu, tak heran kalau manusia
ini memiliki multi pilihan, memilih atau dipilih. Namun tahukah kita tentang apa pilihan itu sebenarnya? Apakah
benar manusia itu memiliki pilihan tanpa batas? Pernahkah
kita berfikir, kenapa kita harus
memilih, dan kenapa hal tersebut
dijadikan point-point dalam pilihan?.
Contoh
uraian sederhana dari pertanyaan tersebut ialah, dimana suatu ketika kamu
ditanyai seseorang mengenai perihal nilaimu di bangku kuliah, “Dik, kenapa kamu
pilih nilai A?” kira-kira apa yang akan kamu jawab? Tentu mahasiswa yang cerdas
akan menjawab, “itu bukan pilihan pak, tetapi nilai tersebut merupakan cerminan
dari ketekunan saya dalam belajar, bagaimana saya akan memilih nilai A,
sedangkan saya bolos kuliah dan tidak tekun belajar”. Di lain sisi, seseorang
bertanya kepada mahasiswa lainnya, “Dik, kenapa kamu kuliah?” dan untuk
pertanyaan seperti ini, kira-kira apa yang akan kamu jawab? Lagi-lagi mahasiswa
cerdas akan mejawab, “Saya punya cita-cita untuk sukses kedepannya, saya tidak
mau seperti teman saya yang tidak kuliah, kuliah tidak menjamin saya sukses,
tetapi setidaknya pintu kesuksesan telah terbuka untuk saya, dan ini adalah
rencana hidup saya pak”. Dari kedua contoh tersebut, terlihat jelas perbedaan
dari point-point itu sendiri yang akan dijadikan dalam pilihan. Dimana tidak,
kita tidak bisa memilih NILAI A, sedangkan kita masih bisa memilih RENCANA
HIDUP kita sendiri. Apa sebenarnya yang membedakan antara NILAI A dengan
RENCANA HIDUP?. Temukan jawabannya dalam diri anda masing-masing.
Tanpa
tersadari, pertanyaan “Apakah benar
manusia itu memiliki pilihan tanpa
batas?” akhirnya terjawab sudah. Ternyata manusia itu memiliki batasan
dalam memilih dan bahkan sangat-sangat terbatas. Hal lain yang menjadi bukti
akan batasan pilihan adalah dimana kita tidak bisa memilih siapa yang akan
menjadi orangtua kita, kita tidak bisa memilih HITRICH ROSHAN untuk menjadi
abang kandung kita, kita tidak bisa memilih KATRINA KAIF untuk menjadi kakak
kandung atau hanya keponakan kita, dan bahkan kita tidak bisa memilih wajah dan
bentuk yang merupakan bagian dari tubuh kita sendiri. Lantas, apakah sebenarnya
pilihan itu?
Dalam
KBBI, pilihan diartikan sebagai suatu jalan, upaya dan sebagainya yang dapat
dilakukan, mencari atau memisah-misahkan mana yang baik (besar, kecil, dan
sebagainya). Dalam
konteks ini, pikiran kita ditutupi oleh hipotesa kata-kata itu sendiri. Dimana
tidak, otak akan menggambarkan kata-kata tersebut dalam batasan aktifitas
DEMOKRASI, meninggalkan perbuatan KEJI dan melakukan perbuatan TERPUJI. Lebih
dari itu, kita menutup rapat-rapat arti dari kata PILIHAN itu sendiri. Apakah
memang seperti yang digambarkan otak kita? Bahwa pilihan itu lebih mengarah
kepada yang baik-baik saja?. Sedangkan diluar sana, masih banyak manusia
MERAMPOK, BERJUDI, MENCURI, BERZINA dan sebagainya, pilihankah yang mereka
nampakkan? Kalau memang bukan, kenapa mereka tidak BEKERJA layaknya seperti
manusia biasa?. Kembali lagi, bahwa pilihan itu ternyata sangat-sangat
terbatas, dia tidak pernah memandang apakah hal tersebut baik maupun buruk.
Anda tidak akan pernah bisa menghindar dari pilihan untuk MEMBUNUH TEMAN hanya
untuk mempertahankan hidup di padang pasir DEMI SATU ROTI dan SETEGUK AIR
MINUM, itulah pilihan yang telah anda buat. Sampai sejauh ini, arti dari
pilihan belum terjawab dengan sepenuhnya.
Kalau
memang baik dan buruk tidak bisa menjadi pembatas dari point pilihan itu
sendiri, pantaskah semua point-point yang ada didunia ini kita masukkan dalam
‘PILIHAN’?. Selain dari BATASAN PILIHAN, boleh-boleh saja kita memasukkannya
dalam POINT-POINT PILIHAN. Namun, bukankah sesuatu hal yang tidak masuk akal
disaat kita disuruh memilih antara MELAJU KENCANG dan HATI-HATI ketika
mengendarai kendaraan. Timbul pertanyaan, pantaskah MELAJU KENCANG dan
HATI-HATI dimasukkan ke dalam POINT PILIHAN?. Sungguh ironis yang menjawab
‘iya’. Kenapa tidak? Hanya manusia bodoh yang menganggap itu pilihan. Karena
hal tersebut bukanlah pilihan, kewajiban bagi setiap pengendara itu adalah
HATI-HATI, baik dia mengendarai lambat maupun kencang. Dimana disaat dia MELAJU
KENCANG, maka kehati-hatian adalah PENENTUAN, penentuan pengendara untuk
selamat dalam perjalanan. Contoh lainnya yaitu, seorang penjambret tidak
mungkin akan memilih salah satu antara LARI SECEPAT-CEPATNYA atau LARI
SEJAUH-JAUHNYA, kedua hal tersebut akan dilakukan dalam waktu bersamaan demi
menyelamatkan diri mereka. Dari contoh ini, kita bisa mengungkapkan sesuatu hal
yang sangat penting yaitu “TERNYATA TIDAK SEMUA POINT (BAIK MAUPUN BURUK) DAPAT
DIMASUKKAN DALAM POINT PILIHAN, TETAPI MEREKA DIKERJKAN DALAM WAKTU BERSAMAAN”.
Dalam dunia kampus, kata-kata
pilihan pun kerap menghantui mahasiswa, termasuk penulis sendiri. Pernah suatu
ketika seorang mahasiswa ditanyai perihal kesetiaannya terhadapa UKM X yang
baru dia daftar. Kebetuan UKM X adalah salah satu UKM anti dualisme. Dan mahasiswa
yang bersangkutan adalah anggota UKM LDF fakultas X juga. Ketua UKM X tersebut
bertanya kepadanya, “Mana kamu PILIH, UKM ini atau UKM LDF?”. Kebetulan
kejadian tersebut terjadi di depan mata teman penulis, sehingga dia
menceritakan hal tersebut panjang lebar mengenai ketidaksetujuannya perihal
pertanyaan si ketua UKM X tadi yang dia ajukan kepada mahasiswa tersebut.
Baiklah, sedikit lebih banyak kita telah memahami apa yang dinamakan dengan
POINT-POINT yang patut dijadikan dalam PILIHAN melalui pembahasan dan
contoh-contoh diatas. UKM LDF dan UKM X, pantaskah dijadikan POINT-POINT dalam
PILIHAN? Bukankah permasalahan ini tidak bedanya dengan permasalahan tadi,
yaitu antara MELAJU CEPAT dan HATI-HATI. Bagaimana kita akan memilihnya,
padahal keduanya adalah saling mengisi dan harus dilaksanakan dalam waktu yang
bersamaan. Yang harus dipahami betul dari contoh memilih antara UKM X dengan
UKM LDF adalah “apa sebenarnya TUJUAN dari kedua UKM ini?”. UKM LDF tidak lebih
dari sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa yang bertujuan dalam mengayomi mahasiswa
muslim dalam memperkokoh kekuatan islam, berdakwah dan berjalan diatas syariat
agama islam. Terus bagaimana dengan UKM X, tentu mereka punya tujuan
masing-masing. Rasionalnya, mahasiswa cerdas akan berfikir, kenapa saya harus
memilih? Saya seorang MUSLIM. Dakwah, memperkokoh ukhuwah islam, dan berjalan
atas syariat agama islam adalah KEWAJIBAN saya selaku hamba Allah. Dan hal
tersebut saya dapatkan terutamanya di UKM LDF. Tidak menutup kemungkinan juga
saya mendapatkannya di UKM X, namun UKM X bukan diformat khusus untuk hal
tersebut. Sebaliknya, ilmu yang diajarkan di UKM X tidak hanya didpatkan di UKM
X saja, juga bisa saya dapatkan di UKM LDF maupun tempat lainnya. Lantas,
pantaskah antara UKM X dan UKM LDF dimasukkan ke dalam POINT PILIHAN? Sehingga
kita harus memilih antara mengikuti UKM X dan meninggalkan UKM LDF? Alasan apa
yang harus kita berikan untuk memperkuat pilihan tersebut?. Tidak saudaraku,
kedua hal tersebut diibaratkan contoh MELAJU CEPAT dengan HATI-HATI. Ilmu kita
boleh melaju cepat dengan mengkuti UKM X, namun dalam bertindak dengan ilmu
yang kita dapatkan dari UKM X, kita harus HATI-HATI dan diayomi oleh ilmu
syariat agama islam yang banyak kita dapatkan dari UKM LDF. Jadi tidak ada yang
namanya pilihan antara UKM X dan UKM LDF, namun mereka dibangun bersama, tumbuh
bersama, bekerja bersama, maju bersama, dan bangkit bersama-sama.
Contoh lain yang lebih mudah
dimengerti adalah, kenapa banyak KORUPTOR di dunia ini?, bahkan dari negeri
yang mayoritas muslim sendiri, seperti INDONESIA. Karena sesungguhnya, mereka
memisahkan agama islam dengan politik sesat yang mereka rancang dan ciptakan
demi kepentingan mereka masing-masing. Mereka miskin dari pencerahan agama dan tertutup
dari cahaya kebenaran oleh uang hasil penggelapan yang mereka curi dari
keringat masyarakat. Pertanyaannya, PANTASKAH PRAKTEK KORUPTOR DIBINA DALAM
JIWA SUCI SEORANG MUSLIM? BUKANKAH PEMISAHAN ANTARA ILMU AGAMA DENGAN ILMU
DUNIA ITU MERUPAKAN PRAKTEK SEKURELISME? UNTUK APA DITUGASKAN SNOUCH HOORGRENG
KE ACEH KALAU TIDAK BUKAN HANYA UNTUK MEMISAHKAN ANTARA KAUM ULAMA (ORANG
BERILMU TINGGI DALAM AGAMA ISLAM) DENGAN UMARA (PEMIMPIN). Sehingga banyak
pemimpin yang buta agama, mereka makan makanan haram dari uang korupsi, tetapi
mereka masih mampu tersenyum merekah, bibir mereka dilapisi lipstick dan
make-up haram, namun para ibuk koruptor masih berani tampil cantik di depan
pemilik harta (masyarakat) yang mereka curi, tubuh mereka dihiasi oleh benda
haram, nauzubillahi minzalik………….wallahualam
Kereeeen dek ������
ReplyDeleteIntu dari postingan ini, si penulis tidak percaya/ tidak mengakui adanya pilihan.
Tetapi dek, dalam hidup, kita harus memilih. Pilihan itu memang harus ada dalam hidup. Jika pilihan tidak ada, hidup kita terombang ambing tanpa tujuan. Baik atau buruk, harus dipilih. Misalnya, menjadi seorang wanita itu cuman ada 2 pilihan. Pertama, menjadi seburuk" fitnah. Kedua, menjadi sebaik" perhiasan. Nah, seorang wanita harus memilih antara kedua opsi itu.
Itu pendapat kakak:)
Penulis bukan tidak percaya, tetapi ada saatnya sesuatu itu untuk bisa dimasukkan dalam opsi pilihan, dan ada saatnya sesuatu tersebut tidak bisa untuk dipilih, namun harus dikerjakan bersamaan.....karena tidak semua itu wajib dipilih salah satunya....dan hal terpenting, pilihan itu masih dalam batasannya...bukan malah memilih siapa yang pantas menjadi ortu kita (karena ini adalah btsn pilihan).....trmksh kpd kk2 yang sudah coment...thank
ReplyDelete